Bulan Juni lalu, saya berkesempatan untuk mengikuti konferensi Alzheimer Disease Internasional (ADI) 2022. Sebuah pengalaman yang berharga yang ingin saya bagikan melalui blog ALZI Ned.
Sebelum Konferensi
Akhir tahun 2021, kak Tania, kak Amalia dan saya menulis 3 buah abstrak untuk dikirimkan ke konferensi ini. Di bulan Februari kami mendapat info bila semua abstrak diterima. Satu abstrak diterima sebagai oral presentation dan dua lainnya sebagai poster presentation. Berbekal abstract acceptance ini, kami mencari beasiswa dan mendapatkan dukungan dari ALZI dan ALZI Ned untuk dapat menghadiri konferensi in-person di London.
Keputusan untuk datang beberapa hari sebelum konferensi dimulai merupakan hal yang positif bagi saya. Dulu, ketika saya belum menikah dan masih tinggal di Jogja, saya cukup sering harus bekerja di luar kota (yang cukup jauh dari Jogja) seperti di Pati, Padang, Nusa Tenggara Barat maupun Aceh. Jadi perjalanan ke London ini adalah kesempatan nostalgia bagi saya untuk berpetualang sendirian. Selain itu, saya belum pernah pergi ke London^^.
Perjalanan Rotterdam – London ternyata hanya ditempuh selama 3 jam dengan kereta. Setelah tiba di St. Pancras International, saya langsung melanjutkan perjalanan menggunakan Tube hingga East Finchley dan berjalan kaki menuju akomodasi. Di akomodasi sudah menunggu rekan-rekan dari Indonesia, kak Michael, kak Lely dan kak Irma. Esok harinya datanglah kak Amalia, kak DY, kak Tania, dan kak Fifi. Sungguh pertemuan yang mengharukan. Kami belum pernah bertemu satu sama lain secara fisik (kecuali dengan kak Amalia dan kak Tania tentunya^^), namun merasa sudah kenal lama. Kami menggunakan waktu yang ada untuk saling mengenal, mempersiapkan konferensi bersama-sama, menyusuri kota London, serta berbagi informasi tentang demensia kepada diaspora Indonesia yang tinggal di London.
Sehari sebelum konferensi berlangsung, saya juga berkesempatan untuk mengikuti meeting perwakilan Asia Pasific. Di rapat tersebut dibahas mengenai kerja sama Asia Pasific dan apa saja hal-hal yang telah dicapai dalam penanganan demensia. Pada kesempatan ini, kami juga berlatih tari Poco-Poco Ceria. Tarian ini akan kami bawakan di akhir agenda opening ceremony konferensi ADI.
Hari Konferensi
Hari 1
Kami datang lebih awal karena kami ikut dalam lomba showcase. Di dalam lomba ini, panitia menyediakan stand informasi yang bisa didekorasi. Setiap pengunjung berhak memilih stand yang paling menarik dan informatif. Kami bekerja sama menghias stand ini dengan informasi tentang Alzheimer Indonesia. Selain itu, kami juga perlu memasang 3 poster ALZI Ned. Setelah semuanya selesai, kami segera menuju ruang 175 Suite dimana opening ceremony segera dilaksanakan.
Mungkin lebih dari 400 orang menghadiri acara pembukaan konferensi secara live. Ini adalah kali pertama saya menghadiri acara yang dihadiri oleh ratusan orang setelah 2 tahun terbiasa dengan kegiatan online karena pandemi. Awalnya ada rasa canggung untuk kontak fisik dengan ratusan orang, namun pada akhirnya saya sangat menikmati dan memang kangen sekali mengikuti agenda fisik. Banyaknya harapan bagi penanganan demensia yang lebih baik mengawali acara pembukaan. Di akhir sesi, saya bersama rekan-rekan dari Indonesia dan beberapa rekan dari Asia Pasific menari Poco-Poco di atas panggung. Benar-benar pembukaan yang meriah.

Ada banyak tema yang bisa diikuti dan dipelajari dalam konferensi ini, antara lain: demensia sebagai prioritas kesehatan publik; kesadaran akan demensia; diagnosis, terapi dan perawatan demensia; penelitian inovasi terkait demensia; pengurangan risiko demensia; dan juga dukungan bagi caregivers. Di hari pertama ini, saya belajar banyak dari kebijakan nasional dan global, intervensi non-farmakologis, pentingnya kerja sama di dalam komunitas serta pentingnya diagnosis dini dalam demensia.

Hari 2
Peningkatan kualitas hidup orang dengan demensia (ODD) adalah salah satu tujuan dalam konferensi ini. Namun tanpa adanya kesadaran di komunitas, tujuan ini akan sulit dicapai. Di hari kedua saya belajar tentang pentingnya kesadaran komunitas atau dementia friendly communities, bagaimana kita bisa memperkuat dukungan bagi ODD, keluarganya serta caregivers.
Menjalin kontak dengan peserta lain juga menjadi tujuan ikut serta dalam konferensi ini. Saya berkesempatan untuk berkenalan serta berbagi cerita tentang demensia dengan perwakilan Alzheimer Nederland, perwakilan dari Mauritsius, Australia, India, UK, Belgia, Yordania, serta negara-negara di Amerika Latin. Peserta konferensi datang dari beragam latar belakang, seperti peneliti, pendidik, pelajar, tenaga kesehatan, pekerja seni, pemerhati demensia dan juga ODD. Saya sangat terharu melihat beberapa ODD yang terlibat aktif dalam konferensi ini.

Hari 3
Keterlibatan saya dalam kegiatan di ALZI Ned bukanlah sesuatu yang tidak disengaja. Dalam pendidikan master yang saya tempuh di Universitas Leiden, saya mempelajari tentang penuaan, kesejahteraan lansia dan organisasi lansia. Manusia tidak bisa melihat masa depan. Namun, menjadi tua adalah sesuatu hal yang sudah pasti di masa depan kita. Oleh karena itu kita bisa persiapkan dengan baik. Ketika tahun lalu saya mendengar bahwa ibu mertua saya terdiagnosis demensia, saya menjadi yakin bahwa belajar lebih dalam mengenai perawatan demensia adalah suatu kewajiban bagi saya. Dengan demikian saya bisa mempersiapkan hari tua, mendukung keluarga dengan demensia, serta meningkatkan kesadaran publik akan demensia.
Di hari ketiga konferensi saya semakin diperlengkapi dengan informasi mengenai penelitian terkait pengurangan risiko demensia dan tantangannya, support untuk ODD, serta pentingnya pelatihan bagi tenaga kesehatan maupun caregivers. Topik-topik di atas membuat saya semakin tertarik untuk mendapatkan serta terlibat aktif dalam pelatihan baik di Belanda maupun Indonesia mengenai perawatan demensia maupun komunitas ramah demensia.
Team ALZI mendapat kesempatan luar biasa di hari ketiga ini untuk melakukan workshop tentang brain gym dan Poco-Poco. Setelah hampir selama tiga hari menghabiskan sebagian besar waktu untuk belajar sambal duduk, ini adalah kesempatan bagi peserta konferensi untuk bersama-sama berolah raga. Dipandu oleh kak Lely dan kak Irma, puluhan peserta konferensi melakukan brain gym dan tari poco-poco. Gerakan salah bukanlah masalah, karena yang paling penting adalah bergerak dan bergembira bersama-sama. Di sesi ini semua bergerak dan tertawa lepas. Sebuah sesi yang ceria di penghujung konferensi formal di London.
Konferensi ADI 2022 ditutup dengan agenda pleno yang membahas tentang tantangan ke depan dalam hal data, penelitian, inovasi dan terapi. Dalam upacara penutup, peserta dihibur dengan sebuah tarian klasik. Team ALZI bersorak bahagia ketika stand ALZI diumumkan menjadi stand favorit dalam konferensi ADI 2022.

Setelah Konferensi
Team ALZI menutup konferensi dengan makan malam bersama. Kami memilih sebuah food court yang menyediakan berbagai macam makanan sehingga kami bisa memilih sendiri makanan kesukaan kami. Sambil makan kami berdiskusi dan berbagi mengenai hal positif serta tantangan di dalam mengikuti konferensi internasional.
Keputusan menghadiri konferensi secara in-person merupakan keputusan yang tepat bagi saya. Ada banyak hal yang bisa saya pelajari dalam perjalanan kali ini. Saya belajar menulis abstrak, mencari beasiswa, presentasi, dan kerja sama. Saya dapat kembali bertemu dan bekerja bertiga dengan kak Amalia dan kak Tania (kolega yang hampir setiap hari kontak mengurus kegiatan ALZI Ned via WA namun terpisah jarak dan waktu), berkenalan dengan rekan-rekan ALZI pusat yang juga menghadiri konferensi ini, belajar mengenai penatalaksanaan demensia dari berbagai negara, networking dan juga membawa harum nama Indonesia. Ilmu yang saya dapatkan selama konferensi tidak akan sia-sia dan akan saya praktekkan dalam memberi dukungan bagi keluarga dan lingkungan di mana saya tinggal.
Keesokan harinya saya sudah harus meninggalkan London. Pukul 06:00 pagi saya sudah meluncur ke St. Pancras International dengan Uber dan melanjutkan perjalanan pulang ke Belanda dengan kereta.
Terima kasih ALZI dan ALZI Ned untuk kesempatan ini. Terima kasih ibu Sari, Budhe, kak DY, kak Mike, kak Lely, kak Irma, kak Fifi, kak Amalia dan kak Tania untuk kenangan indahnya di London.

Salam Jangan Maklum Dengan Pikun!
Penulis
Manik Madijokromo – Kharismayekti